PITUNG ITU SOLIHUN?
Pitung
merupakan tokoh Betawi. Cerita tentang pitung banyak sekali kontroversinya. Ada
yang bilang pitung merampok. Ada yang bilang pitung itu jawara. Ada yang bilang
pitung terpelajar. Ada yang bilang sosok pitung itu ada 7 orang. Ada yang
bilang pitung itu jagoan.
Jadikah
siapakah pitung itu? Untuk membicarakan pitung. Sudah seharusnya cerita pitung
itu memiliki rujuan yang dapat dipertanggung jawabkan. Rujukan yang dapat
dipertanggungjawabkan itu hanya ada satu. Rujukan tersebut berasal dari mahred Vantil. Mahred Vantil berhasil menemukan korespondensi pitng dengan pengurus
Masjid Al-atik Bukit Duri. Hal itu ditemukan saat pitung masih di penjara Bukit
Duri.
Korespondensi
itu menemukan fakta bahwa nama pitung itu adalah Solihun. Pitung itu adalah
julukan yang bernama Solihun. Pada abad 19 terdapat nama Solihun itu cuku unik
dan jarang. Dan pada abad 19 nama orang dibetawi pada saat itu biasanya nama
yang mudah diucapkan. Contohnya seperti nama engkik.
Pitung itu
adalah julukan. Namanya yang sebenarnya adalah Sholihun. Jika dilihat sumber
koran-koran Belanda memiliki banyak julukan. Ada yang menyebutnya julukannya
pitung. Ada yang menyebutnya betung. Betung itu memiliki arti bamboo hitam.
Dijuluki betung karna postur pitung yang kekar seperti bamboo betung (bamboo
hitam).
Sebenarnya
asli manakah pitung itu? Sampai saat ini tidak diketahui pasti asal muasal
pitung. Tapi dapat dibuat perkiraan. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1886.
Persitiwa itu terjadi di Jembatan. Sekarang jembatan itu diberi nama Jembatan
Si Pitung lokasinya berada di jalan Bandengan. Si pitung menyeberang jembatan
yang hanya bisa masuk satu badan. Jembatan satu badan.
Menjadi
adat dimanapun juga jika ada yang masuk jembatan satu badan yang lain pun jangan
masuk ke jembatan satu badan dari arah berlawanan jangan masuk. Pitung masuk
pertama kali di Jembatan satu badan. Lalu Ada orang Cina (bahasa resminya
adalah orang dari warga keturunan tionghoa) juga yang memaksa masuk jembatan
satu badan tersebut.
Orang Cina
(keturunan Tionghoa) tidak mau mengalah. Saat ingin menyeberang di Jembatan
satu badan itu. Malah orang Cina (keturunan Tionghoa) itu menantang si Pitung
dengan keahlian mistik. Orang Cina tersebut mengeluarkan keahlian mistiknya. Orang
Cina (keturunan Tionghoa) memutarkan pantatnya dengan kekuatan mistiknya
memutarkan pantatnya kedepan.
Melihat
ulah orang Cina (keturunan Tionhoa) itu mengeluarkan ilmunya. Pitung sontak pun
marah. Pitung keluarkan goloknya. Lalu orang cina (keturunan Tiong Hoa) mati. Tidak
ada saksi yang melihat kejadian itu. Pitung menghilang.
Lalu si
pitung tertangkap dan dibawa di bui Glodok. Bui Glodok adalah nama dari
penjara Belanda di Glodok. Penjara
Belanda di Glodok saat ini adalah Harco di Glodok.
Kemudian
pitung di sidang. Pada persidangan itu pitung tidak ada yang mau menjadi saksi
pembunuhan pitung kepada orang Cina. Sehingga pitung diberi hukuman badan saja
selama delapan tahun. Selanjutnya pitung dibuang ke bui master didaerah yang
bernama Bukit Duri. Lalu pitung melakukan korespondensi dengan pengurus masjid
Al-Atik melakukan surat menyurat.
Pitung bisa
disimpulkan merupakan seorang yang berasal dari kampung Gusti. Kampung Gusti
merupakan kampung orang-orang yang profesinya menulis. Kampung Gusti merupakan
kampung yang tidak jauh dari terjadinya pembunuhan orang Cina (keturunan Tiong
Hoa) di Jembatan sebadan Bandengan saat itu.
Pitung
diberi kabar bahwa saudaranya JI’I mati dibunuh oleh demang Maester Kornelis
Kebayoran. Demang tersebut membunuh Ji’I dengan motif mencari muka. Karna
demang tersebut tahu bahwa Ji’I adalah saudaranya si Pitung. Pitung tahu kabar
mati saudaranya itu dari pengurus masjid Al Atik melalui surat menyurat.
Ji’I
saudara pitung ini merupakan seorang pedagang. Ji’I mati oleh demang Maester kornelis.
Mendapatkan informasi bahwa saudaranya Ji’I mati. Pitung melarikan diri dari
penjara. Pitung mencari keberadaan demang Maester Kornelis. Demang maester
kornelis ditemukan oleh Pitung. Seihingga pitung menembak demang maester
kornelis dengan beceng (senjata pitung berupa pistol namanya sibongkok).
Pitung
menjadi buron. Beliau hidup berpindah-pindah. Dari kejadian itu membuat resah
orang Belanda. Sehingga membuat orang-orang Belanda menjadi ketakutan. Karna
tersiar informasi yang bermacam-macam tentang si Pitung.
Sampai
kepala (schaut) Polisi Heyne Belanda saat itu memakai dukun. Mengkibatkan
kemarahan penasehat Bumi Putra dari Belanda. Penasehat bumi Putra itu mengatakan tidak ada orang Belanda main dukun. Penasehat Bumi Putra
ini menyurati Ratu Belanda bahwa yang dilakukan schaut Heyne ini tidak benar.
Pitung
ditemukan oleh polisi Belanda. Belanda menabur para intel nya untuk mencari
pitung. Diketahui pitung sering melintas Kalimalang menuju Pondok Kopi. Pitung
dijegat oleh Schout Heyne. Selama pertemuan schout Heyne dengan Pitung yang
dijegat. Pada saat menjegat pitung juga sudah membawa mobil Ambulance.
Schout
Heyne tidak melupakan pesan dukun kepadanya. Jika ingin membunuh si Pitung
harus menggunakan peluru emas. Schout Heyne menembakkan empat peluru. Salah
satu peluru yang digunakan adalah peluru emas. Tapi saat ditembak pitung juga
tidak langsung mati. Selanjutnya pitung dibawa kedalam mobil ambulance yang
sudah dibawa sekaligus oleh Schout Heyne.
Pitung
mengalami skaratul maut. Dalam penelitian Mahred Vantil. Dalam catatan-catatan
kepolisian Belanda yag dikumpulkan oleh Mahred Vantil. Pitung menyanyi didalam
ambulance. Diduga si pitung mengalami rumah tangga yang tidak Bahagia dari
kedua orang tuanya. Menjadi anak broken home se hingga membuat pitung tidak
Bahagia. Kehilangan amicemade.
Pitung pun
bernyanyi nina bobo (Batavian lalabaye)saat skaratul maut. Dung indung.
Sipitung mau bobo. Bobonye lagi dalam ayunan. Boboklah bobo. Sipitung mau bobo.
Kalau tak bobo digigit nyamuk.
Schout Heyne
pun marah melihat pitung bernyanyi. Sraaaah koe pitung. Kau menyanyi terus. Kau
menyanyi terus. Seharusnya koe mengajukan permintaan terakhir. Mau minum apa?
Mau makan apa? Bukan menyanyi terus kata Schout Heyne.
Pitung
menginginkan Tuak Pakai es saat skaratul maut. Permohonan pitung itu dikabulkan
oleh Schout Heyne. Schout Heyne menyuruh supir ambulan itu untuk mencari Tuak
pakai es. Mobil ambulance berhenti dan menemukan penjual Tuak pakai Es. Pitung
pun wafat saat tuak pakai es yang diminum nya belum habis.
Pada zaman
itu minum pakai es sangat mewah. Siapapun yang minum pakai es dianggap sudah
hebat. Karna kulkas saat itu sangat mahal. Tidak ada yang mampu membeli kulkas.
Ambulance
yang membawa pitung langsung menuju ke Hospital Militer yang sekarang bernama
RSPAD Gatot Soebroto. Empirik jenasah pitung yang tidak dikenal keluarganya. Lalu
Siapapun pada waktu itu. Korban siapapun yang tidak dikenal. Langsung dikubur
dipelataran RSPAD Gatot Subroto.
Sumber:
Mahrid Vantil yang diceritakan oleh babe Ridwan Saidi sang Budayawan Betawi.
Ditonton
pada tanggal 10 September 2020
Di cenel macan
idealis https://www.youtube.com/watch?v=GK8PhM0CXUU
#RSPAD #Betawi #Jakarta #Glodok #Belanda #Pitung #Polisi #sejarah #waktu #cina #Bandengan #kalimalang